Bagi para pengelola, maupun penyelenggara bisnis jasa pembelajaran, khususnya yang memiliki pasar para orang dewasa seperti para pegawai / karyawan suatu institusi atau organisasi resmi, tentunya para pengelola maupun para penyelenggara bisnis jasa pembelajaran tersebut seyogyanya mengetahui dan memahami apa sesungguhnya yang diinginkan dan dibutuhkan oleh mereka para pembelajar dewasa didalam proses pembelajarannya.
Dengan mengetahui dan memahami ikhwal apa saja yang diinginkan dan dibutuhkan oleh mereka (pembelajar dewasa), hal ini diharapkan akan memberikan sedikit masukkan dan dapat dijadikan bahan pertimbangan bagi para pengelola dan penyelenggara jasa pembelajaran dalam upayanya menghasilkan jasa pembelajaran terbaik dan menjadi pusat pembelajaran terbaik melalui perbaikan proses dan perbaikan mutu secara berkelanjutan. Semoga!
Pada uraian berikut, akan dibahas beberapa hal mendasar yang berlaku pada pembelajaran orang dewasa, serta hal-hal lainnya sebagai pelengkap dalam pembelajaran orang dewasa. Semoga bermanfaat!
1 Apa yang dimaksud dengan Pembelajaran Orang Dewasa?
Pembelajaran Orang Dewasa biasa disebut dengan istilah Andragogy. Kata Andragogy berasal dari bahasa Junani aner atau andr yang berarti orang (bukan anak-anak) dan agogus berarti mengarahkan diri. Dengan demikian, Pembelajaran Orang Dewasa adalah suatu bentuk pembelajaran yang melahirkan lulusan (orang dewasa) sebagai sasaran pembelajaran yang dapat mengarahkan diri sendiri dan menjadi guru untuk dirinya sendiri.
1 Perbedaan antara Pembelajaran Orang Dewasa dengan Anak-anak
Dalam pembelajaran anak-anak (Paedagogy), penekanannya terletak pada bentuk asimilasi, identifikasi dan peniruan, dimana pada implementasi proses pembelajarannya, diberikan dasar-dasar pengetahuan, pembentukan sikap mental dan moral. Sedangkan pada pembelajaran orang dewasa (Andragogy), lebih menekankan pada peningkatan kehidupan mereka, pemberian keterampilan dan kemampuan untuk memecahkan permasalahan yang mereka alami dalam hidup mereka dan dalam masyarakat.
Dengan melihat bentuk penekanan pada proses pembelajarannya, maka dengan mudah dapat dibedakan antara pembelajaran yang berlaku bagi anak-anak dan yang berlaku pada orang dewasa.
2 Beberapa Hal Penting pada Pembelajaran Orang dewasa
Seperti telah diuraikan di atas, bahwa pembelajaran orang dewasa berbeda dengan pembelajaran pada anak-anak, hal tersebut memberikan implikasi yang penting pada proses belajar mengajar pada orang dewasa (Andragogy) yang membedakannya dengan pembelajaran pada anak-anak. Berikut, beberapa hal penting yang harus diperhatikan pada pembelajaran orang dewasa:
a. Faktor-faktor yang Berpengaruh pada Pembelajaran Orang Dewasa:
· Faktor Kebebasan
Kebebasan, adalah merupakan salah satu ciri pada orang dewasa. Dalam melakukan aktivitas belajarnya, orang dewasa cenderung menentukan apa yang ingin dipelajarinya serta membandingkan informasi yang baru diterimanya dengan pengetahuan yang telah mereka miliki sebelumnya. Selain itu, orang dewasa lebih menyukai hal-hal yang praktis dan yang mengarah pada pemecahan masalah, orang dewasa tidak terlalu menyukai hal-hal yang bersifat terlalu teoritis yang bersifat Tacit Knowledge semata (pengetahuan yang berada di kepala masing-masing individu), namun yang terpenting bagi mereka adalah bagaimana caranya mengimpementasikan pengetahuan yang baru mereka terima, pada kehidupan nyata mereka sehari-hari. Untuk hal tersebut, pendekatan pembelajarannya harus diarahkan pada studi kasus dan pemecahan masalah, serta mereka diberi kebebasan untuk membuat Opinion Paper atas pemecahan masalah dari suatu kasus.
· Faktor Tanggung Jawab
Faktor tanggung jawab, adalah yang membedakan sifat antara orang dewasa dengan sifat anak-anak. Orang dewasa bertanggung jawab terhadap apa yang dilakukannya. Dengan sifat tanggung jawabnya itu, orang dewasa dalam proses pembelajarannya menganggap dirinya sejajar dengan gurunya, karena mereka menganggap bahwa antara dirinya dengan gurunya sama-sama merupakan orang dewasa, yang membedakannya hanyalah bahwa guru telah memiliki pengetahuan / keterampilan tertentu yang belum dimiliki oleh dirinya (pembelajar dewasa). Karena kesejajarannya itu, pembelajar dewasa cenderung ingin diperlakukan sebagai seseorang yang bertanggung jawab dan dapat dipercaya, mereka lebih senang dianggap sebagai sahabat yang mengerti terhadap atas apa yang mereka lakukan. Sebagai sahabat, pembelajar dewasa membutuhkan guru sebagai tempat bertanya dikala mereka mengalami masalah dalam melakukan kegiatannya. Dengan demikian, tukar pendapat, diskusi, tanya jawab serta tugas-tugas penelitian kecil dari apa yang mereka pelajari dalam proses pembelajarannya, adalah suatu bentuk pendekatan yang cukup baik bagi mereka.
· Faktor Pengambilan Keputusan sendiri
Pembelajar dewasa mampu mengambil keputusan sendiri. Sebagai orang dewasa, mereka tidak mau digurui, dipaksa untuk menerima kebenaran-kebenaran dari luar, karena mereka menganggap dapat memutuskan tentang apa yang akan mereka pelajari, tentang apa yang akan mereka ambil manfaatnya dari apa yang mereka dapatkan dalam proses pembelajaran, serta mereka menganggap dirinya mampu menilai baik buruknya sesuatu yang akan dan sedang mereka pelajari… Mengapa demikian?…Karena mereka menganggap bahwa hanya dirinyalah yang lebih mengetahui hal-hal yang berguna dan bermanfaat bagi dirinya dalam kehidupannya sehari-hari. Dalam hal ini, seorang guru harus melengkapi (bukan mengganti) kemampuan dirinya sebagai seseorang yang berperan sebagai “fasilitator” dan harus memainkan peran dimaksud pada pembelajaran orang dewasa. Hal tersebut dapat dilakukan dengan cara lebih mengutamakan pada pemberian informasi yang relevan dan netral, membantu para pembelajar dalam mengambil keputusan dan menyeleksi informasi yang diterima, terutama dalam hal-hal baru.
· Faktor Pengarahan Diri sendiri
Pembelajar dewasa, sebagai orang dewasa, mereka menganggap dirinya dapat mengarahkan diri sendiri, mereka juga memiliki pandangan hidup sendiri (way of life) dalam berinisiatif dan dalam berkreasi pada proses pembelajarannya yang disesuaikan dengan pandangan yang dimilikinya, serta mereka memiliki tingkat interaktivitas yang tinggi antar sesama pembelajar. Namun demikin, bukan berarti mereka harus dilepas begitu saja, peran seorang guru dalam hal ini, setelah memahami latar belakang pendidikan / kerja, usia serta keinginan-keinginan mereka, seorang guru dituntut untuk mampu menyesuaikan program pembelajarannya dan harus jeli dalam memilih metode atau model pembelajaran yang cocok bagi mereka (pembelajar), dalam hal ini, seorang guru misalnya dapat menerapkan model diskusi kelompok atau studi kasus untuk dapat mengakomodasi tingkat interaktivitas antar sesama pembelajar serta faktor pengarahan diri dalam kelompok dimaksud.
· Faktor Psikologis
Tidak jarang, faktor psikologis para pembelajar kurang terperhatikan. Hal tersebut dimungkinkan oleh karena ada anggapan bahwa seorang guru, tetaplah seorang guru yang bertugas menyampaikan ilmu, bukan psikolog ataupun psikiater yang harus bersusah payah untuk mengurusi masalah kejiwaan para pembelajar. Tentunya, bukan itu yang dimaksud. Yang harus diperhatikan oleh seorang guru adalah, guru harus dapat meyakinkan para pembelajar bahwa mereka diterima dan diperlakukan sebagai orang dewasa yang memiliki kebebasan untuk berekspresi dan berkreasi dan dihargai sebagai seorang sahabat, selain itu, empati seorang guru sangat diperlukan oleh pembelajar, karena walau bagaimanapun, mereka mengharapkan seorang guru untuk memahami tentang apa yang diinginkan, dibutuhkan, diharapkan serta apa yang dirasakan oleh mereka. Asas humanistik sangat penting dalam hal ini.
· Faktor Fisik
Dibandingkan dengan anak-anak, para pembelajar dewasa memerlukan situasi belajar yang lebih bebas. Perhatian pada detail fisik ruang kelas, penataan kelas serta media yang digunakan adalah mutlak, untuk hal tersebut, tempat dan semua perlengkapan harus diatur agar:
o Dapat memberikan kenyamanan baik untuk guru maupun bagi para pembelajar.
o Bersifat menyenangkan
o Bersuasana santai (tidak terlalu formal), bentuk penataan kelas klasikal adalah kurang tepat, gunakanlah formasi bentuk “U” misalnya, hal tersebut untuk membuat suasana lebih santai.
o Memiliki sirkulasi udara yang baik, pengaturan perputaran udara yang tidak baik, selain akan mengganggu konsentrasi belajar, kenyamanan, juga akan berakibat kepada terganggunya kesehatan guru maupun para pembelajar.
o Memiliki tata letak alat dan media pembelajaran yang tepat.
Selain beberapa hal di atas, yang tak kalah penting untuk diperhatikan adalah kondisi fisik dari para pembelajar. Jumlah ideal pembelajar di dalam suatu kelas antara 15 – 20 orang, hal tersebut untuk memungkinkan terjadinya dialog yang efektif antara sesama pembelajar maupun antara pembelajar dengan gurunya.
· Faktor Motivasi
Menurut Houle, C dalam The Inquiring Mind, 1961., bahwa motivasi orang dewasa untuk mengikuti pembelajaran adalah berbeda-beda, hal tersebut dibagi ke dalam tiga kelompok sebagai berikut:
o Goal Oriented;
adalah kelompok orang yang berorientasi pada penerapan dan pemanfaatan pelajaran sebagai sarana untuk mencapai tujuan tertentu, misalnya untuk promosi atau kenaikan pangkat.
o Social Oriented;
adalah mereka yang lebih mementingkan pada interaksi antar sesama pembelajar. Bagi mereka, proses belajar, adalah merupakan tujuan belajarnya.
o Learning Oriented;
adalah mereka yang berorientasi pada mempelajari ilmu itu sendiri, karena mereka pada dasarnya senang belajar.
Dengan mengetahui motivasi ke tiga jenis kelompok orang dewasa dalam melakukan proses pembelajarannya, diharapkan, seorang guru dapat mengarahkan proses belajar mengajarnya dengan tepat.
b. Sumber Pembelajaran Orang Dewasa
Selain faktor-faktor yang mempengaruhi pembelajaran orang dewasa di atas, untuk mencapai hasil belajar yang optimal, orang dewasa belajar dari berbagai sumber. Menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh Penland, P. R. dalam Self-Directed Adult Learning: Implications for the Practitioner., 1981, sumber belajar yang paling dianggap penting oleh orang dewasa adalah sebagai berikut:
· Teman
Untuk hal ini, strategi belajar mengajar orang dewasa, harus direncanakan sedemikian rupa agar mereka dapat berinteraksi antar sesama mereka semaksimal mungkin. Hal tersebut dapat dicapai diantaranya dengan membentuk mereka kedalam model diskusi-diskusi kelompok, sehingga mereka dapat berinteraksi secara penuh. Setelah teman, yang dianggap penting oleh mereka adalah:
· Guru
Dalam hal ini perlu disadari oleh seorang guru, bahwa perannya pada pembelajaran orang dewasa bukanlah sebagai sumber informasi tunggal yang serba tahu, melainkan sebagai seorang sahabat bagi mereka (pembelajar dewasa). Setelah guru, yang dianggap penting oleh orang dewasa adalah:
· Media Pembelajaran
Media sebagai alat bantu mengajar dalam proses pembelajaran, seyogyanya tidak pernah dilupakan oleh seorang guru, namun ironisnya, hal ini seringkali terlupakan dengan berbagai alasan seperti terbatasnya waktu untuk membuat persiapan mengajar, sulit mencari media yang tepat, biaya yang tidak tersedia dan berbagai macam alasan lain. Sesungguhnya alasan-alasan tersebut tidak perlu muncul, dikarenakan cukup banyak ragam media yang dapat digunakan, disesuaikan dengan kondisi waktu, keuangan maupun materi yang akan disampaikan.
Khusus perihal media pembelajaran, menurut Heinich, R., et. Al., dalam Instructional Media and Technologies for Learning., 1996, media pembelajaran dapat diklasifikasikan ke dalam 6 (enam) bagian sebagai berikut:
o Non Projected Media
Adalah media yang tidak diproyeksikan, misalnya realia, model, bahan grafis dan display. Media pembelajaran tersebut, tidak memerlukan tenaga elektris dalam penampilannya, karena merupakan media peraga yang berbentuk 2 (dua) atau 3 (tiga) dimensi seperti gambar, grafik, poster, kartun dan benda-benda yang merupakan model miniatur suatu bentuk atau benda sebenarnya yang tidak dimodifikasi yang pada prinsipnya dapat memperjelas maksud dan tujuan dari materi pelajaran.
o Projected Media
Adalah media yang diproyeksikan. Yang tergolong pada jenis media ini adalah overhead transparansi (OHT). Klasifikasi ini didasarkan pada cara penggunaan media tersebut, yaitu diproyeksikan ke layar.
o Audio
Media Audio, merupakan media yang sangat praktis, relatif murah, ringkas serta mudah dibawa (portable). Media ini dapat dipergunakan untuk keperluan belajar kelompok (group learning) maupun belajar individual. Media ini dapat berupa tape recorder, walkman dll. Dilihat dari karakteristiknya, media tersebut cocok untuk beberapa bidang pembelajaran seperti bahasa, drama dan seni musik.
o Video
Sebagai media audiovisual, yang memiliki unsur gerakan dan suara, video dapat digunakan sebagai alat bantu mengajar pada berbagai bidang pembelajaran. Untuk bidang pembelajaran yang banyak mempelajari keterampilan motorik, dapat mengandalkan kemampuan video. Media ini, sangat membantu seorang guru dalam menjelaskan langkah-langkah prosedural yang dimaksudkan oleh materi pembelajaran.
o Computer Based Media
Adalah media berbasis komputer . Media ini dapat meningkatkan efektivitas proses pembelajaran, karena dimungkinkan terjadinya interaksi langsung antara pembelajar dengan materi pembelajaran. Contoh jenis media ini adalah CBT (Computer Based Training)
o Multimedia Kit
Multimedia Kit, diartikan sebagai paket bahan ajar yang terdiri dari beberapa jenis media yang digunakan untuk menjelaskan suatu topik / materi tertentu yang dilengkapi dengan study guide, lembar kerja yang bersifat moduler. Pengertian Multimedia Kit, harus dibedakan dengan pengertian Komputer Multimedia yang mengintegrasikan berbagai bentuk materi baik teks, gambar, grafik maupun suara dalam komputer.
c. Model-model Pembelajaran
Untuk mencapai tujuan-tujuan pembelajaran yang telah direncanakan, serta untuk membantu pembelajar dewasa agar dapat belajar lebih efektif, seorang guru harus melengkapi dirinya dengan salah satu komponen pembelajaran, untuk hal dimaksud, salah satu komponen pembelajaran yang tidak boleh dilupakan dalam menunjang berhasilnya penyajian produk pembelajaran, adalah perlunya menerapkan model pembelajaran serta memilih model mana yang cocok untuk diterapkan. Berikut ini, adalah kelompok model-model pembelajaran yang dapat dipilih yang disesuaikan dengan kebutuhan para pembelajar dewasa, kelompok model-model pembelajaran yang akan dikemukakan dibawah ini adalah merupakan kelompok model-model yang secara khusus telah melewati uji implementasi yang dikembangkan oleh pakar kependidikan pada bidang dimaksud yaitu Joyce dan Well dalam Models of Teaching., 1986. seperti berikut ini:
· The Information Processing Family
Adalah Kelompok Model Pengolahan Informasi yang menitik beratkan pada cara-cara memperkuat dorongan-dorongan internal (datang dari dalam diri) manusia untuk memahami dunia dengan cara menggali dan mengorganisasikan data, menemukan masalah dan mengupayakan jalan keluarnya. Yang termasuk kedalam model ini adalah model Inductive Thinking.
· The Personal Family
Adalah Kelompok Model Personal yang menitik beratkan pada pandangan perseorangan dan berusaha menggalakkan kemandirian yang produktif, sehingga manusia menjadi semakin sadar diri dan bertanggung jawab atas tujuannya. Yang termasuk ke dalam model ini adalah model Classroom Meeting.
· The Social Family;
Adalah Kelompok Model Sosial yang menitik beratkan pada kerjasama, yang membangkitkan dan menghimpun tenaga atau energi secara bersama-sama yang kemudian disebut synergy. Kelompok Model Sosial ini dirancang untuk memanfaatkan fenomena kerjasama. Yang termasuk pada model ini adalah model Role Playing.
· The Behavioral System Family;
Adalah Kelompok Model Sistem Perilaku. Dasar teori model ini ialah teori-teori belajar sosial (Social Learning Theories). Model ini dikenal pula sebagai model Modifikasi Perilaku (Behavioral Modification), model Terapi Perilaku (Behavioral Therapy), serta model Sibernetika (Cybernetics). Dasar pemikiran dari kelompok model ini ialah sistem komunikasi yang mengoreksi diri sendiri (Self-correcting Communication System) yang memodifikasi perilaku dalam hubungannya dengan bagaimana tugas-tugas dijalankan dengan sebaik-baiknya. Yang tergolong ke dalam kelompok ini adalah model Latihan Pengembangan Keterampilan dan Konsep (Training for Skill and Concept Development).
d. Bahan Ajar
Pada pembelajaran orang dewasa, sesuai dengan faktor-faktor yang mempengaruhinya ( telah diulas sebelumnya), bahan ajar memegang peranan yang sangat penting, hal ini terutama disebabkan karena mereka dianggap sudah mampu mengarahkan diri sendiri, mampu mencari sendiri informasi dan pengetahuan yang diperlukan melalui pemanfaatan sumber belajar yang diantaranya berupa bahan ajar. Dengan kata lain, mereka dapat mempelajari materi pembelajaran secara mandiri . Peran seorang guru dalam hal ini, berperan sebagai fasilitator yang bertugas membantu pembelajar untuk memahami serta dapat menerapkan pengetahuan yang disajikan.
Perlu dijelaskan disini, bahwa bahan ajar, berbeda dengan buku teks. Bahan ajar adalah bahan-bahan atau materi pembelajaran yang disusun secara sistematis yang digunakan oleh seorang guru dan pembelajar dalam proses pembelajaran. Bahan ajar mempunyai struktur dan urutan yang sistematis, menjelaskan tujuan instruksional yang akan dicapai, memotivasi pembelajar untuk belajar, berisi latihan-latihan, menyediakan rangkuman, serta secara umum, berorientasi pada pembelajar secara individual (Learner Oriented). Bahan ajar harus bersifat “mandiri”, artinya dapat dipelajari oleh pembelajar secara mandiri.
Menurut Lewis, R. & Paine, N., dalam How to Communicate with the Learner, 1985., bahwa buku teks dan bahan ajar dapat dibedakan sebagai berikut:
Buku Teks | Bahan Ajar |
| 1 Mengasumsikan minat dari pembaca 2 Ditulis terutama untuk dipergunakan oleh guru 3 Dirancang untuk dipasarkan secara luas 4 Belum tentu menjelaskan tujuan instruksional 5 Disusun secara linier 6 Strukturnya berdasarkan logika bidang ilmu (content) 7 Belum tentu memberikan latihan 8 Tidak mengantisipasi kesukaran belajar pembelajar 9 Belum tentu memberikan rangkuman 10 11 Sangat padat 12 Dikemas untuk dijual secara umum 13 Tidak mempunyai mekanisme untuk mengumpulkan umpan balik dari pemakai 14 Tidak memberikan saran-saran cara mempelajari buku tersebut. | 1 Menimbulkan minat dari pembaca 2 Ditulis dan dirancang untuk dipergunakan oleh pembelajar 3 Menjelaskan tujuan instruksional 4 Disusun berdasarkan pola belajar yang fleksibel 5 Strukturnya berdasarkan kebutuhan pembelajar dan kompetensi akhir yang akan dicapai 6 Berfokus pada pemberian kesempatan bagi pembelajar untuk berlatih 7 Mengakomodasi kesukaran belajar pembelajar 8 Selalu memberikan rangkuman 9 10 Kepadatan, berdasarkan kebutuhan pembelajar 11 Dikemas untuk dipergunakan dalam proses instruksional 12 Mempunyai mekanisme untuk mengumpulkan umpan balik dari pembelajar 13 Menjelaskan cara mempelajari bahan ajar |
Dengan melihat perbedaan antara buku teks dan bahan ajar di atas, para guru, pengelola maupun penyelenggara jasa pembelajaran, seyogyanya melakukan kajian ulang pada apa yang telah diupayakannya selama ini, apakah materi bahan ajar yang diberikan pada para pembelajar sudah memenuhi kriteria bahan ajar yang merupakan pegangan para pembelajar atau belum. Seandainya kriteria tersebut belum terpenuhi, adalah bijaksana untuk kembali mempertimbangkannya, hal tersebut sangat perlu, karena bahan ajar yang baik yang sesuai dengan kriteria bahan ajar sebagaimana mestinya, sangat berpengaruh terhadap berhasil / tidaknya proses pembelajaran orang dewasa, sebab kita sudah mafhum bahwa pembelajar orang dewasa adalah jenis pembelajar yang memiliki kemampuan untuk belajar mandiri yang akan melakukan eksplorasi / penggalian bahan pelajaran dari apa yang menjadi pegangannya (bahan ajar yang baik yang sesuai dengan kriteria bahan ajar).
1 Bagaimanakah Menjadi Seorang Guru?
a. Peran Seorang Guru
Keberhasilan pencapaian tujuan pembelajaran, banyak tergantung pada bagaimana proses pembelajaran dapat berlangsung secara efektif. Salah satu faktor yang menentukan keberhasilan proses pembelajaran tersebut adalah guru. Dalam proses pembelajaran, seorang guru memiliki 3 (tiga) fungsi dasar utama, yaitu:
· Fungsi Mendidik;
Adalah melakukan penanaman dan pembinaan nilai-nilai moral, ahlak dan etika yang baik sesuai dengan standar yang berlaku umum di masyarakat.
· Fungsi Mengajar;
Adalah fungsi pentransferan ilmu pengetahuan.
· Fungsi Melatih;
Adalah fungsi pentransferan keterampilan.
Dalam perkembangan berikutnya, ketiga fungsi dasar yang dimiliki oleh seorang guru di atas, semakin diperluas lagi, dimana seorang guru selain sebagai seorang pendidik, pengajar maupun trainer, seorang guru juga memiliki fungsi dan tugas sebagai seorang perencana, pelaksana, penilai keberhasilan si pembelajar, organisator kegiatan pembelajaran dan yang terkini, seorang guru berfungsi sebagai seorang fasilitator. Dalam kaitannya dalam pembelajaran orang dewasa, peran seorang guru memiliki fungsi sebagai fasilitator, hal ini dikarenakan bahwa dalam proses pembelajaran orang dewasa, seorang guru berhubungan dengan pembelajar yang sudah memiliki kemampuan untuk belajar mandiri. Sebagai seorang fasilitator, seorang guru dalam proses pembelajaran dituntut untuk membantu para pembelajar dengan cara:
· Membangkitkan minat belajar si pembelajar
· Menjelaskan tujuan instruksional
· Menyajikan materi dengan struktur yang baik
· Memberikan kesempatan kepada si pembelajar untuk berlatih dan memberikan umpan balik
· Memperhatikan dan menjelaskan hal-hal yang sukar atau yang tidak dimengerti si pembelajar
· Menciptakan komunikasi dua arah (tidak Cuma guru saja yang berperan menyajikan materi pembelajaran)
b. Keterampilan Dasar Mengajar
Keterampilan dasar mengajar, mutlak dimiliki oleh seorang guru dalam melakukan proses belajar-mengajarnya. Keterampilan dasar mengajar merupakan bentuk integrasi utuh dari berbagai keterampilan yang jumlahnya sangat banyak. Diantara keterampilan yang sangat banyak tersebut, menurut Turney, C. dkk. dalam Sydney Micro Skills Handbook Series., 1973., berdasarkan hasil penelitiannya, mengemukakan terdapat 8 (delapan) keterampilan dasar mengajar yang dianggap sangat berperan dalam keberhasilan kegiatan belajar mengajar. Kedelapan keterampilan tersebut adalah keterampilan:
· Bertanya
Keterampilan bertanya, sangat perlu dikuasai oleh guru, karena hampir pada setiap kegiatan belajar-mengajar, guru mengajukan pertanyaan, dan kualitas pertanyaan guru menentukan kualitas jawaban si pembelajar.
· Memberi penguatan
Penguatan, adalah respon terhadap suatu tingkah laku yang dapat meningkatkan kemungkinan berulangnya kembali tingkah laku tersebut. Seorang guru perlu menguasai keterampilan memberikan penguatan, karena penguatan merupakan dorongan bagi si pembelajar untuk meningkatkan penampilannya, serta dapat meningkatkan perhatian.
· Mengadakan Variasi
Suatu kehidupan akan lebih menarik jika dijalani dengan penuh variasi. Variasi dalam kegiatan belajar-mengajar adalah perubahan dalam proses kegiatan yang bertujuan untuk meningkatkan motivasi para pembelajar, serta mengurangi kejenuhan dan kebosanan.
· Menjelaskan
Dalam kaitannya dengan kegiatan belajar-mengajar, menjelaskan berarti mengorganisasikan materi pelajaran dalam tata urutan yang terencana secara sistematis, sehingga dengan mudah dapat dipahami oleh pembelajar.
· Membuka dan menutup pelajaran
Membuka pelajaran adalah kegiatan yang dilakukan oleh guru untuk menciptakan suasana siap mental dan penuh perhatian pada diri pembelajar. Sedangkan menutup pelajaran adalah kegiatan yang dilakukan guru untuk mengakhiri kegiatan inti pelajaran.
Tujuan kegiatan membuka dan menutup pelajaran adalah:
o Membangkitkan motivasi dan perhatian
o Membuat pembelajar mengetahui batas tugasnya
o Membantu pembelajar memahami hubungan berbagai materi yang disajikan
o Membantu pembelajar mengetahui tingkat keberhasilannya
· Membimbing diskusi kelompok kecil
Diskusi kelompok kecil merupakan salah satu bentuk kegiatan belajar-mengajar yang penggunaannya cukup sering diperlukan. Ciri-ciri diskusi kelompok kecil adalah:
o Melibatkan 3 – 9 orang peserta
o Berlangsung dalam interaksi tatap muka yang informal, artinya setiap anggota dapat berkomunikasi langsung dengan anggota lainnya
o Mempunyai tujuan yang akan dicapai dengan kerja sama antar anggota lainnya
o Berlangsung menurut proses yang sistematis
· Mengelola kelas
Keterampilan mengelola kelas adalah keterampilan dalam menciptakan dan mempertahankan kondisi kelas yang optimal guna terjadinya proses belajar-mengajar yang serasi dan efektif
· Mengajar kelompok kecil dan individual
Mengajar kelompok kecil dan individual, terjadi dalam konteks pengajaran klasikal. Di dalam kelas, seorang guru mungkin menghadapi banyak kelompok kecil serta banyak pembelajar yang masing-masing diberi kesempatan belajar secara kelompok atau secara individual
2 Peran Pengelola / Penyelenggara Pembelajaran
Dalam menghadapi pasar bebas ASEAN 2003 serta menjelang Asia Pasific 2020, Indonesia, sebagaimana halnya dengan negara-negara yang sedang berkembang, menghadapi tantangan berat untuk dapat bekerjasama dan bersaing secara efektif dengan negara-negara lain. Kemampuan berperan di dunia global, sangat dipengaruhi oleh kualitas SDM bangsa tersebut. Mengapa demikian?…..Ya, karena pada saat mendatang, dalam perdagangan global, kita tidak dapat lagi mengandalkan pada keunggulan komparatif, melainkan telah bergeser pada keunggulan kompetitif, yang mana untuk hal tersebut, kreatifitas dan kualitas SDM lah yang menjadi modal mutlak. Untuk itu, peran negara, khususnya para pengelola dan penyelenggara pembelajaranlah yang akan dituntut menjadi tumpuan harapan akan dilahirkannya manusia-manusia unggul dalam berbagai bidang.
Untuk maksud di atas, para pengelola dan penyelenggara pembelajaran tidak mau tidak harus melakukan reformasi di dalam dunia pembelajaran. Menurut Darling – Hammond, 1994, dalam proses reformasi di dunia pembelajaran , terdapat tiga tema utama sebagai berikut:
a. Learner- Centered Schools
Penyelenggaraan pembelajaran harus difokuskan pada kebutuhan para pembelajar (learners needs) daripada prosedur yang standar (standardized procedures) Hal tersebut untuk menciptakan fleksibilitas terhadap
b. Teacher Profesionalism
Profesionalisme seorang guru, mutlak diperlukan. Hal ini untuk menciptakan pembelajaran berbasis pengetahuan, yaitu pemahaman terhadap pembelajaran itu sendiri, kurikulum dan perkembangan manusia termasuk
c. Accountability
Pada tema yang ketiga ini, mencakup penyediaan pembelajaran yang dapat secara jelas dipertanggungjawabkan kepada dan untuk pembelajar . Dalam hal ini, proses evaluasi ditekankan pada keterampilan yang tinggi dengan penerapan penelitian proyek, pameran, debat, evaluasi terhadap diri sendiri serta pembelajar lainnya. Strategi ini, memberikan kesempatan kepada pembelajar untuk memperlihatkan tidak saja apa yang diketahui tetapi juga apa yang dapat dilakukan.
3 Kesimpulan dan Harapan
a. Kesimpulan
· Pembelajaran Orang Dewasa, merupakan bentuk pembelajaran yang unik yang berbeda dengan bentuk pembelajaran anak-anak. Pembelajaran Orang Dewasa, adalah pembelajaran yang menitikberatkan pada cara bertanya sepanjang hayat dan mempelajari keterampilan untuk mengarahkan diri sendiri.
· Orang Dewasa mengikuti pembelajaran karena motivasi yang berbeda-beda, yaitu untuk mencapai tujuan tertentu (goal oriented), untuk memenuhi kebutuhan sosial dan untuk memenuhi kebutuhan pengembangan dirinya (learning oriented)
· Faktor-faktor yang mempengaruhi pembelajaran orang dewasa adalah faktor kebebasan, tanggung jawab, pengambilan keputusan, pengarahan diri sendiri, psikologis dan fisik
· Dalam pembelajaran orang dewasa, guru berfungsi sebagai organisator yang mengorganisasikan pengalaman-pengalaman dari kehidupan pembelajar sebenarnya menjadi suatu pengalaman dan pengetahuan baru yang memberi arti baru bagi pembelajar.
b. Harapan
· Menjadi pusat pembelajaran terbaik dan menghasilkan jasa pembelajaran dengan mutu terbaik, tentunya merupakan idaman setiap pengelola maupun penyelenggara jasa pembelajaran yang memiliki komitmen tinggi terhadap mutu produk. Namun, untuk mencapai itu semua, diperlukan upaya yang sungguh-sungguh yang harus dilakukan oleh semua pihak yang terlibat di dalam proses penciptaan produk yang bermutu tersebut ,serta upaya perbaikan terus-menerus secara konsisten (istiqomah) terhadap proses produksi dan mutu produk yang telah dan akan dihasilkan.
· Proses adalah integrasi sekuensial dari orang, material, metode, dan mesin atau peralatan dalam suatu lingkungan untuk menghasilkan nilai tambah output untuk pelanggan (kastamer). Menyadari hal tersebut, untuk memberikan nilai tambah yang memang betul-betul diinginkan dan dibutuhkan oleh kastamer, maka tidak ada jalan lain kecuali harus memahami apa yang sebenarnya mereka inginkan dan mereka butuhkan, jadi bukan tergantung pada persespsi dan asumsi si pembuat produk, melainkan berorientasi pada kastamer.
Dalam kaitannya dengan hal di atas, bentuk pembelajaran orang dewasa adalah suatu bentuk yang menggambarkan keinginan dan kebutuhan orang dewasa dalam proses pembelajarannya. Untuk itu, semoga apa-apa yang telah diuraikan dalam artikel ini, dapat menjadi bahan pertimbangan bagi para pengelola dan penyelenggara jasa pembelajaran orang dewasa dalam upayanya menghasilkan jasa pembelajaran dengan mutu terbaik dan menjadi pusat pembelajaran terbaik dengan melakukan perbaikan proses dan perbaikan mutu produk yang dilakukan secara terus-menerus dan berkesinambungan dengan modal utama “Komitmen” dan “Konsistensi” serta dukungan nyata semua pihak. Semoga!

28 Mei 2010 pukul 18.29
Bagus banget euy...!